Saturday, February 26, 2011

Abaikan AS dan Israel, Rusia Pasok Rudal ke Suriah

REPUBLIKA.CO.ID,MOSKOW--Rusia pada Sabtu mengumumkan bahwa pihaknya berniat untuk memenuhi kontrak berisi kewajiban menyuplai rudal jelajah anti kapal supersonik kepada Suriah meski Israel mengecam perjanjian tersebut.

'Kontrak tersebut akan diimplementasikan,' tulis kantor berita Rusia mengutip pernyataan Menteri Pertahanan Anatoly Serdyukov. Rusia sebelumnya setuju untuk mengirimkan rudal jelajah Yakhont berteknologi tinggi dalam jumlah besar ke Suriah pada 2007 dengan suatu perjanjian kontroversial yang baru diungkapkan oleh Serdyukov pada September 2010.

Pengungkapan itu membuat geram baik Israel dan Amerika Serikat dan ada spekulasi yang mengatakan bahwa Rusia akan memutuskan untuk membatalkan kontrak tersebut di tengah ketegangan yang terjadi di Afrika Utara dan Timur Tengah saat ini. Penjualan tersebut diyakini bernilai setidaknya 300 juta dolar AS dan artinya Suriah akan mendapatkan sekitar 72 rudal jelajah sekaligus.

Rusia belum mengonfirmasi pengiriman rudal Yakhnot itu hingga saat ini dan masih belum jelas kapan pihak militer benar-benar memenuhi perjanjian tersebut. Pernyataan Serdyukov itu dibuat saat Rusia berusaha untuk memelihara jalur suplai militernya agar tetap terbuka ke kawasan Timur Tengah meski sedang terjadi revolusi dan pergolakan sosial yang saat ini menggoyang wilayah itu.

Satu sumber dari industri ekspor persenjataan Rusia mengatakan pekan ini Rusia kehilangan kontrak dengan nilai hingga sekitar sepuluh miliar dolar AS karena pergolakan di Afrika Utara dan Timur Tengah.

Serdyukov pada Sabtu membenarkan bahwa kerusuhan yang terjadi mungkin mendorong Rusia untuk melepaskan beberapa pelanggannya pada masa Uni Soviet di kawasan tersebut. 'Ada kemungkinan kami akan merugi,' kata menhan dalam satu kunjungan ke kota pelabuhan Rusia di Pasifik, Vladivostok.

Penjualan Rusia ke Suriah diawasai dengan ketat karena negara tersebut secara teknis masih berperang melawan Israel. Menhan yang juga merupakan kepala badan ekspor persenjataan negara tersebut pada Oktober ditekan untuk menolak perjanjian pengiriman pesawat tempur MiF-31 ke Suriah yang sudah ditandatangani sebelumnya.